Sering gelisah? Sadari beberapa hal ini! (1/2)

Dok.pri

Assalamu'alaikum.. Selamaat pagi, siang, sore sahabat semua, di waktu kamu membaca rangkaian kalimat ini, artinya waktu masih memihakmu untuk terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik. 

Hidup memang berjuta-juta rasanya. Terkadang merasa senang, sedih, kecewa, marah, bosan, datar-datar aja, tak jarang pula gelisah melengkapi semua rasa. Siapa yang hidupnya tak pernah gelisah? Rasulullah saw. juga pernah gelisah ketika melihat kondisi Mekkah yang sangat bobrok atau dikenal dengan Jahiliyah, bukan? Atau ketika Rasulullah saw. menunggu datangnya wahyu dari Allah hingga menjadi sebab turunnnya Surat Adh-Dhuha. 

Iya, setiap orang pernah gelisah. Akupun pernah merasakannya hingga suatu ketika aku mendapat pencerahan dari seorang trainer idolaku, Teh Pepew alias Teh Febianti Almeera. 

Sebenarnya mengapa aku atau kamu sering gelisah? Ternyata sumber utamanya adalah ada ilah selain Allah. 

Ada Ilah (sembahan) selain Allah. Ada yang mengisi hati kita selain Allah, ada sesuatu hal yang menghalangi diri dari mengingat Allah. 

Padahal Allah adalah pengatur kita semua, Allah yang punya aturan untuk kita, Allah sudah mushafkan pedoman aturan itu untuk kita dalam Al-Quran agar kita tidak kacau, tidak gegana, gelisah, galau, merana. 

Maka disini pondasi keimanan harus dibangun kembali, diingatkan kembali. Pondasi keyakinan kita kepada Allah ini sesungguhnya sudah tercantum dalam Surat An.Nas, surat yang amat sangat sering kita baca, bukan? 

Pondasi keimanan itu bahwa Allah sebagai Rabb, Ilah, dan Malik. Titik. Kalau pondasi itu sudah menghunjam ke dalam dada, sudah cukup. Tak ada yang perlu digelisahkan lagi. Baiklah, sedikit penjelasannya, Allah sebagai Rabb. Rabb berarti pemelihara dan pengatur, kita meyakini apapun yang terjadi pada diri kita adalah kuasa Allah, adalah desain terbaik yang telah Allah atur untuk kta, Allah yang memelihara kita. Kalau kita gelisah karena takut kelaparan, kemiskinan, dan lainnya, mungkin pondasi keimanan bahwa Allah sebagai Rabb ini sedang pudar. 

Allah sebagai ilah, yang wajib diibadahi, yang menjadi acuan utama kita bertindak, yang menjadi tujuan. Dengan keyakinan bahwa Allah sebagai Ilah, artinya apapun yang kita lakukan tujuannya hanya semata karena Allah. Kita tidak akan khawatir akan celaan manusia dan tidak akan berbangga diri hanya karena pujian manusia. Hidup akan terus berjalan dengan santai karena semua tertuju hanya pada Allah ta'ala.

Allah sebagai Malik, pemilik dan penguasa segalanya. Allah yang Maha Raja. Segala sesuatu ada dalam genggaman-Nya hingga daun yang terjatuh pun atas izin-Nya. Mudah bagi Allah membinasakan kita semua, seperti mudahnya Allah menghancurkan seluruh jagad raya. 

Nah, jika pondasi-pondasi itu bisa kita perbaiki dan kuatkan kembali, insyaa Allah hati kita akan diliputi ketenangan karena ada Allah yang selalu mengawasi. Gelisah terjadi karena kita yang lupa bahwa Allah sebaik-baik sandaran hati. Allah yang selalu menanti segala keluh kesah kita untuk diadukan kepada-Nya dan diberikan jalan keluar.

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. - Q.S Ar-Ra'd : 28


Ingat terus yaa, setan tidak akan pernah berhenti membisikkan hal-hal yang membuat kamu goyah dan gelisah. Hati-hati dari was-was setan yang akan menyelewengkan kita semua. Selalu berdoa agar diberikan hati yang tenang, pikiran yang jernih, dan iman yang kokoh untuk melawan itu semua. 

Tetap semangat yaa.. To be continued ke bahasan berikutnya yaa, terkait 3 kesadaran yang harus disadari. Semoga bermanfaat :)


Referensi: 
Resume kajian Teh Febrianti Almeera dalam acara Internasional Hijab Solidarity Day tanggal 30 September 2018


Popular posts from this blog

Man Jadda Wa Jada

HijrahYuk! #4 Luruskan Niat

Mengapa Muslimah Harus Punya CIta-CIta?