StoryDaily #3 Ada Cerita di 70 Halaman

Ada Cerita di 70 Halaman
Kuliah? Kata orang, kuliah itu lebih berat dari masa SMA, SMP, apalagi SD. Tapi, kata orang lagi, kuliah itu lebih santai dan lebih asik dari masa-masa itu. Tapi lagi, daripada ngikutin kata orang, mending merasakan sendiri kan? Dan ini adalah story-ku di masa awal kuliah.
"Iya sih," kataku menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Setelah merasakan sendiri satu semester di bangku perkuliahan, memang ada benarnya, bahwa kuliah itu lebih berat namun lebih santai dari masa putih-abu, putih-biru, atau putih-merah. Dengan title 'MAHA-siswa' yang disandang, bukanlah hal yang mudah seharusnya, ada tanggungjawab lebih di dalamnya.

Namanya hidup, pasti penuh ujian kan? Dari SD sampai SMA, bukankah senantiasa diakhiri dengan yang namanya ujian? Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester, Ujian Nasional, dan ujian-ujian lain yang mungkin tak terduga. Begitu pun ketika menjadi seorang mahasiswa, ujian itu senantiasa menjadi makanan harian. Tugas kuliah yang bejibun (pastinya), hubungan sama dosen, adaptasi sama teman, belum masalah internal (mungkin) bagi kalian yang merantau, dan lainnya. Itu semua adalah segelintir ujian yang Allah berikan bukan tanpa tujuan. Perlu di garis bawahi nih soal tugas kuliah.

Penulis salah satunya, mendapat tugas akhir membuat sebuah buku bertema tertentu dengan ketebalan minimal 35 lembar alias 70 halaman dengan minimal 5 referensi. Pasti stres ngga sih, kalau mendapat tugas seperti itu? Bagi para penulis yang terbiasa menulis mungkin mudah ya, tapi bagi sebagian lain yang masih menjadi pembaca setia, apa tak keberatan dengan tugas tersebut? Betapa banyak keluhan yang dilontarkan, termasuk dari penulis sendiri yang masih kurang sekali ilmunya dalam hal kepenulisan. Entah berapa lama memikirkan tugas itu, tanpa real action yang dilakukan, hanya berkomentar dan berharap tugasnya diringankan bahkan mungkin diganti. Bukan karena tugasnya saja yang cukup berat, tapi kemudian diikuti dengan tugas mata kuliah lain yang juga sejenis dengan waktu pengumpulan yang berdekatan. Ya Allah, semakin berat saja ujian ini. Semakin sering dikeluhkan, semakin stress dan semakin lama terselesaikan.

Daripada terus dikeluhkan, saya mulai mencoba mengerjakan. Mulai dari mencari referensi, mulai mengetik, menyusun sedikit demi sedikit, tanpa mengeluh lagi. Dan hasilnya, Alhamdulillah bisa setengah jadi. Ternyata, tanpa berkeluh kesah, toh semuanya bisa berjalan dengan baik. Di sanalah saya sadar, bahwa ujian yang dihadirkan kepada kita, dalam hal apapun, termasuk dalam hal tugas kuliah, jika tidak banyak mengeluh, berkeluh kesah, dan dimulai dengan aksi, Allah pasti membantu menyelesaikannya dengan cara yang mungkin tak terduga. Tak ada yang sia-sia daripada ketentuan-Nya. Maka, jelas tujuannya, agar kita senantiasa bersabar dan ikhtiar serta hanya bergantung kepada-Nya. Ujian adalah cara untuk naik level bukan hanya di dunia tetapi di hadapan-Nya. Ujian adalah cara untuk mengukur sejauh mana ikhtiar kita dalam menjalankan tanggung jawab yang Allah berikan, memaksimalkan potensi diri, dan mengambil hikmah dari setiap kejadian. Coba resapi sebuah kata mutiara ini:
"Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan"
--- Imam Syafi'i ---
Seberapa sibukkah kita dibandingkan Imam Nawawi rahimahullahu ta'ala? Tentu tidak lebih sibuk dari beliau yang dalam satu hari mempelajari 12 pelajaran dan menulis berbab-bab buku. Saya khususnya yang baru diberikan tugas membuat 1 buku saja sudah mengeluh dan sedikit menyerah, tidak malukah dengan beliau (Baca: Imam Nawawi) yang hidupnya dihabiskan untuk menimba ilmu dan menuliskannya? Mungkin pertanyaan yang lebih tepat adalah, seberapa berkah kesibukan kita? Imam Nawawi berkata, "Allah memberkahi waktuku, kesibukanku, dan Allah membantuku dalam hal itu". Masyaa Allah..

Ujian apapun yang dihadapi, jangan pernah menyerah, apalagi berputus asa. Bukankah Allah Swt. telah berfirman dalam Q.S Al-Insyirah: 5-6,
Q.S Al-Insyirah: 5-6 - Ada Cerita di 70 Halaman
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" (94:5-6)

Bener nih kata Pidi Baiq: "Di sekolah, belajar dulu, baru dapet ujian. Di kehidupan, ujian dulu, baru dapat pelajaran."
Kalau dikaitkan dengan tugas tadi, sesungguhnya kita dalam pendapatnya itu, kita belajar, kemudian diuji. Setelah diuji, baru dapat pelajaran. Lantas, apa pelajaran yang bisa diambil dari tugas yang buanyakkk itu?

Pernah ngga kita berpikir, seorang mahasiswa zaman now tanpa tugas, apa yang akan dilakukan? Kemungkinan menghabiskan waktu dengan 3H; Handphone, Hangout kesana kemari, dan Habiskan waktu di atas kasur (baca: tidur). Meskipun tak bisa dipungkiri, banyak juga kok yang memiliki kegiatan yang lain dalam mengisi waktu luangnya. Selain itu, penduduk Indonesia sangat kurang dalam membaca buku, apalagi berkunjung ke perpustakaan. Hikmah dari adanya tugas-tugas itu, adalah membuat kita semakin produktif, memaksimalkan potensi kita yang notabene-nya seorang pembelajar. Otomatis waktu kita dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas, hingga akhirnya kita "dipaksa" untuk melangkahkan kaki ke perpustakaan, mencari-cari buku yang dibutuhkan, membacanya sedikit demi sedikit, dan menyelesaikan tugas tersebut yang mungkin mengganggu waktu istirahat kita. Allah menginginkan kebaikan untuk kita. Bahkan dengan tugas-tugas itu, sedikitnya kita mempelajari apa yang kita kerjakan. Insya Allah, waktu kesibukan ini adalah waktu yang berkah jika dijalankan dengan ikhlas tanpa berkeluh kesah. Bayangkan nih, jika kita ikhlas mengharap ridha-Nya, setiap langkah usaha kita dinilai sebagai pahala di sisi-Nya loh. Mulai dari mengumpulkan bahan, pergi ke perpustakaan, ketikan jari di atas keyboad, waktu yang dihabiskan, sampai semuanya selesai. Betapa Allah sayang pada kita semua, Allah memberikan banyak kesempatan untuk menggapai ridha-Nya melalui segala ujian dari-Nya, baik ujian kenikmatan atau pun musibah. Maka dari itu, "Bersyukurlah, agar langkah semakin ringan. Bersyukur, agar kita terhindar dari keluh kesah". --- Nazrul Anwar ---

Tugas sesulit apapun, mulai dengan basmallah. Tanamkan pada diri, bahwa kita bukan umat yang mudah mengeluh, tapi umat yang kuat dalam menghadapi apapun. Bukankah umat yang kuat lebih dicintai dibanding umat yang lemah? Daripada mengeluh, mending kerjakan dengan ikhlas. Seribu langkah akan terlewati jika dimulai dengan 1 langkah bukan? So, tetaplah bersyukur dan sabar, karena Allah bersama kita.

“Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba dalam amanah, keikhlasan dan kejujuran. Maka jangan katakan pada Allah aku punya masalah, tetapi katakan pada masalah AKU PUNYA ALLAH Yang Maha Segalanya” - Ali bin Abi Thalib RA.
Oh iya, seorang kawanku berkata: "Pekerjaan yang bisa dilakukan dengan tangan, jangan dilakukan dengan mulut", sekian.

Ini berdasarkan pengalaman penulis ya, tak ada maksud menyindir atau menjelekkan pihak lain. Jika terdapat kesalahan, kritik, dan saran, insyaa Allah penulis terima dengan hati yang lapang ^_^
Semoga Allah menjadikan tulisan ini sebagai jalan dakwah bagiku dan bermanfaat bagi para pembaca :)

Popular posts from this blog

Man Jadda Wa Jada

Seberapa Penting Merekam Jejak Diri? Simak, Yuk!

Mengapa Muslimah Harus Punya CIta-CIta?