HijrahYuk! #4 Luruskan Niat

“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya (akan diterima) sebagai hijrah karena Allah dan Rasulnya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ia cari atau wanita yang ia nikahi, maka ia akan mendapatkan apa yang dituju.”(diriwayatkan oleh dua imam ahli hadist: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari dan Abul Husain Muslim Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairy An-Naisaburi, di dalam kedua kitabnya yang merupakan kitab hadist yang paling shahih).
Niat. Apa sih niat? Sebegitu pentingnya niat hingga setiap apa yang kita lakukan musti ada niatnya. Ada niat mau shalat, wudhu, tayamum, zakat, sedekah, shaum Ramadhan, shaum Sunnah, mandi, dan lainnya. Yuk simak dulu sedikit penjelasannya berikut ini, biar kita sama-sama tahu dan paham ^_^
Niat (Arab : نية Niyyat) adalah keinginan dalam hati untuk melakukan suatu tindakan yang ditujukan hanya kepada Allah.
Menurut Ibnu Rajab pada "Komentar hadits ke-40 Imam Nawawi: Hadits #1", yang disebutkan di atas, tindakan dinilai menurut niat, "Umar binKhattab meriwayatkan bahwa nabi berkata, 'Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya.'" Sejalan dengan itu, niat atau maksud seseorang adalah sangat penting di antara sebuah tindakan dalam beribadah.
Tuh kan, niat itu penting sekali dalam setiap tindakan kita. Jangan sampai kita melakukan hal yang sia-sia, tidak dilandasi niat yang benar, yaitu niat karena Allah SWT. Tapi, bagaimanakah praktek niat itu? Ada yang berpendapat berniat itu di dalam hati, ada pula yang berpendapat dilafalkan dengan lisan. Gimana dong?
Nah, memang terdapat perdebatan terkait niat di dalam hati atau di ucapkan. Simak lagi yuk bagaimana perbedaan pedapat tersebut, agar kita semakin paham.
* Pendapat pertama
Di antara sekelompok muslim ada yang melafalkan niat adapula yang tidak, dan menurut pendapat mayoritas ulama adalah tidak melafalkan. Kemudian pendapat pertama ini diperkuat dengan hadits dari ‘Aisyah yang dinukilkan oleh Imam Syafi'i dan dicatat oleh Imam Muslim, bahwa Nabi Muhammad memulai salat dengan takbir. Abdullah binUmar pun mengatakan hal yang sama.
Niat termasuk perbuatan hati maka tempatnya adalah di dalam hati, bahkan semua perbuatan yang hendak dilakukan oleh manusia, niatnya secara otomatis tertanam di dalam hatinya.
Menurut pendapat pertama ini adalah setiap ibadah seharusnya mengikuti tuntunan dari Nabi Muhammad (اَلْاِتِّبَاعُ al-ittiba’). Maka setiap ibadah yang diadakan secara baru yang tidak pernah diajarkan atau dilakukan (bid'ah) oleh Nabi Muhammad maka ibadah itu tertolak, walaupun pelakunya tadi seorang muslim yang niatnya ikhlas karena Allah dalam beribadah (mukhlis).
* Pendapat kedua
Pendapat kedua membolehkan adanya pelafalan niat dalam melaksanakan salat baik wajib ataupun sunnah. Pendapat ini dari ulama mazhabSyafi'i yang lainnya. Mereka menyatakan perlunya menyertakan pengucapan dalam niat salat. Ulama itu adalah Syaikh Salim bin Samir Al-Hadlrami dan Syaikh Abu Abdil Mu’thi Muhammad Nawawi Al-Jawi, mereka berpendapat "...dan tempatnya niat adalah hati dan pengucapan niat hukumnya sunah..." Sementara alasannya hanya dengan penjelasan bahwa "Pengucapan niat dengan lisan untuk membantu kemantapan hati".
Pendapat kedua memakai hadits dalil analogi (qiyas) ketika Nabi Muhammad sedang melakukan ibadah haji.
Menurut pendapat kedua niat memiliki aspek niat, di antaranya itu ada 3 hal:
- Diyakini dalam hati.
- Diucapkan dengan lisan (tidak perlu keras sehingga dapat mengganggu orang lain atau bahkan menjadi ijma).
- Dilakukan dengan amal perbuatan.
Jadi niat akan lebih kuat bila ke tiga aspek diatas dilakukan semuanya, sebagai contoh saya berniat untuk salat, hatinya berniat untuk salat, lisannya mengucapkan niat untuk salat dan tubuhnya melakukan amal salat. Demikian pula apabila kita mengimani segala sesuatu itu haruslah dengan hati yang yakin, ucapan dan tindakan yang selaras. Begitupun dalam berhijrah. Niatkan dengan kuat, baik di dalam hati maupun lisan, disertai dengan amal perbuatan. Dengan definisi niat yang seperti ini diharapkan orang Islam atau >Muslim itu tidak hanya 'semantik' saja karena dengan berniat berati bersatu padunya antara hati, ucapan dan perbuatan.
Tetapi hati-hati dengan niat ini yaa, jangan sampai salah niat dalam beramal, karena niat adalah yang pertama digoda oleh setan. Setan tidak akan pernah rela melihat manusia menuju kebaikan, dalam arti untuk berbuat kebaikan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Maka, hati-hati dengan serangan dan godaan setan ini dalam membelokkan niat kita. Contohnya gimana nih? Berdasarkan pengalaman saya sebagai penulis, begini nih contoh godaan setan dipadu nafsu diri sendiri (Astaghfirullaah..)
a. Menunda-nunda kebaikan
Betul sekali nih, ketika kita punya niat baik, selalu saja ada ujiannya, hingga akhirnya kita sering menunda-nunda dan pada finalnya batal melakukan tindakan itu. Tapi ketika kita punya niat buruk, sebutlah bermaksiat kepada Allah, kok rasanya mudah sekali untuk melakukannya ya? Begitulah setan, menjadikan indah di pandangan manusia apa-apa yang tidak disukai Allah SWT.
b. Didekatkan dengan yang kita senangi
Ketika kita punya niat baik, contoh ingin membaca atau menghafal quran, atau bahkan mau shalat tepat waktu nih, masyaa Allaah, godaannya banyak banget. Setan juga ga rela dong, kita mau menghafal pedoman hidup kita. Maka, tak jarang, salah satu serangannya adalah mendekatkan kita dengan yang kita senangi, misalnya media social di smartphone , film korea, music mellow yang bikin baper, dan serangan lainnya. Tentu pasti ada campur aduk hawa nafsu kita yaa..
Nah ini nih yang kadang tidak terasa kejadiannya. Awal niatnya baik, lurus, betul, tiba-tiba belok karena lihat ikhwan ganteng, atau karena dipuji orang ketika berbuat baik, akhirnya niatnya salah dan biasanya tidak dirasa. Maka, ini juga salah satu virus setan biar kita jauh dari Allah SWT. Maka, hati-hati yaa ..
Begitulah kira-kira gambaran niat yang salah yang pernah dan mungkin masih sering dihadapi penulis. Apa teman-teman juga pernah mengalaminya? Atau ada cerita lain? Boleh lah berbagi di komentar yaa, bagi yang ikhlas berbagi dengan saya. Menghadapi semua itu, sering-seringlah “tajdidun niyyah” atau memperbarui niat, agar niat kita senantiasa lurus karena Allah ta’ala semata. Saya menemukan sebuah hadist Nabi SAW. nih, semoga bisa menambah semangat yaa ..
Dari Abu Hurairah, dia berkata:
“Rasulullah SAW. Telah bersabda: ‘Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman: Apabila hambaku bermaksud buruk, maka janganlah kalian mencatatnya untuknya, jika dia telah mengerjakannya, maka catatlah satu keburukan. Dan apabila dia bermaksud baik dan dia belum mengerjakannya, maka catatlah itu satu kebaikan, apabila dia telah mengerjakannya, maka catatlah sepuluh kebaikan.” (HR. Muslim).Maha Baik Allah terkait niat ini ya teman-teman.. Kita baru niat aja udah dapet pahalanya, apalagi jika segera dilaksanakan, subhanallaahhh.. ^_^
Makanya, ayo luruskan niat kita bersama-sama dan SEGERALAH beramal untuk bekal kita di akhirat, agar kita menjadi golongan orang-orang yang senantiasa berbuat kebaikan.
Kritik dan saran sangat diperlukan, silakan tinggalkan komentar di bawah ini yaa, semoga bermanfaat dan dapat diamalkan ^_^
Referensi:
vbi_djenggotten, Edisi Lengkap Komik Hadist Bukhari Muslim 99 Pesan Nabi, Zahira, Jakarta Selatan, 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Niat