HijrahYuk! #3 Proud to be Muslimah

HijrahYuk! #3 Proud to be Muslimah
Dalam buku Fiqih Wanita karangan Abdul Syukur al-Azizi, peran dan kedudukan wanita sangat dipengaruhi oleh pandangan masyarakat. Setidaknya, ada tiga pandangan masyarakat terhadap wanita yang terbagi atas tiga fase, yaitu fase menghinakan, mendewakan, dan menyamaratakan. Pada fase menghinakan, wanita dianggap seperti hewan, yang bebas diperjualbelikan di toko, pasar, bahkan warung. Bayangkan jika kita berada pada fase itu, betapa hinanya kita bukan hanya dimata manusia, tetapi hina pula dimata Allah. Kemudian wanita mulai didewakan, diagungkan, dan dipuja-puja serta dimuliakan, tetapi mereka diperlakukan hanya seperti pelayan untuk memuaskan hawa nafsu para lelaki. Na'udzubillaah.. Sampai saatnya wanita berada pada fase menyamaratakan, wanita mulai diberi kebebasan tanpa terikat batasan, baik norma, adat, maupun agama. Fase ini, wanita mulai memiliki hak dan kewajiban sama dengan laki-laki dalam segala bidang. Sehingga, pada zaman sekarang, wanita sudah dengan bebas menunjukkan eksistensinya sebagai bentuk emansipasi dan persamaan gender dengan laki-laki, tidak terbelenggu serta hina karena dua fase sebelumnya.

Sesungguhnya Islam sangat memuliakan kaum hawa. Islam memberikan batasan-batasan sesuai kodratnya sebagai wanita, bukan semata-mata Islam mendeskriminasi wanita seperti banyak anggapan yang keluar dari mulut wanita saat ini. Menurut mereka, katanya Islam tidak adil terhadap wanita, banyak aturan dan larangan bagi wanita. Kebanyakan dari mereka banyak yang merasa terkekang dan tak bebas karena aturan-aturan itu. Padahal, jika mereka ketahui, Islam sangat adil dan melindungi kaum wanita. Allah menurunkan aturan dan batasan bagi wanita karena Allah lebih tahu yang terbak untuk makhlukNya. Perlu dipahami, perempuan dan laki-laki sudah jelas berbeda dari segi anatomi, fisiologi, bahkan emosinya. Dalam al-Qur’ân, Allah Azza wa Jalla menyebutkan ucapan istri ‘Imrân:

Dan laki-laki tidaklah sama dengan perempuan [Ali ‘Imrân/3:36]
Dengan demikian, perlakuan atau aturannya pun berbeda. Salah satu contohnya adalah dalam menutup aurat dan menjaga pandangan. Allah mewajibkan wanita menutup aurat dan menundukkan pandangan bukan tanpa alasan yang jelas. Jelas Allah firmankan dalam Q.S Al-Ahzab ayat 59 :
"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anakmu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Q.S. Al-Ahzab: 59)

Jelaslah bahwa tujuan dari diperintahkannya menutup aurat adalah untuk melindungi dan menjaga wanita itu sendiri dari berbagai gangguan, terutama syahwat atau hawa nafsu kaum Adam. Karena tidak bisa dipungkiri, bukankah tubuh wanita Allah ciptakan lebih menarik dari kaum pria? betul? Maka, karena kelalaian kita menjalankan perintah Allah inilah, akhirnya menyisakan banyak kemaksiatan yang justru menodai kemuliaan seorang wanita. Buktinya, puluhan bahkan mungkin ratusan kasus pelecehan seksual yang semakin hari semakin sering menimpa banyak wanita. Astaghfirullaah..

Begitupun dengan fenomena pacaran nih, Sahabat. Mengapa Islam melarang pacaran? Karena tak bisa dipungkiri, pacaran ini termasuk kedalam deretan atas penyebab berbagai kasus di sekitar kita, dan tentunya termasuk aktivitas mendekati zina yang jelas-jelas sangat dilarang oleh Allah.SWT dalam Q.S Al-Isro : 32: "Janganlah kalian mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu perbuatan keji dan munkar." Dan pastinya lebih banyak mudhorot daripada manfaatnya. Mendekatinya saja dilarang apalagi melakukannya. Faktanya, baru mendekati saja sudah terjerumus begitu jauh dan menenggelamkan pelakunya pada perbuatan zina yang lebih buruk.

HijrahYuk! Proud to be Muslimah
Allah memberi batasan-batasan pergaulan dua insan yang bukan mahrom tak lain adalah untuk saling menjaga iffah dan izzahnya, melindungi masing-masing. dengan tidak berkhalwat, tidak ikhtilat, menundukan pandangan, tidak berkata lembut / mesra kepada yang bukan mahrom, tak lain adalah untuk melindungi wanita dari hal-hal tersebut. Nanti kita bahas di tema selanjutnya yaa, Sahabat. Allah Maha Mengetahui apa yang tidak kita ketahui. Allah menurunkan syariat tersebut adalah untuk melindungi wanita dari godaan dan kekejaman dunia luar. Dengan melaksanakan aturan Islam, seorang wanita akan lebih terjaga, terlindungi, dan tetap menyandang predikat mulia disisi-Nya.
Maka, jangan khawatir, meski aturan bagi wanita sangatlah protektif, tetapi kembali lagi, Allah Maha Tahu apa yang tidak kita ketahui. Balasan bagi wanita dan laki-laki tetaplah sama di hadapan-Nya, Sahabat. Kebaikan, ya dapat pahala, keburukan ya dapat dosa. Sebagaimana dalam firman Allah :

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. al-Ahzab [33]: 35)
Dan perlu dipahami, bahwa ISLAM MEMULIAKAN WANITA PADA SETIAP WAKTU, Sahabat. MasyaaAllah..

1. Memuliakannya ketika masih kecil
Sesungguhnya Islam mengajak manusia agar memuliakan wanita sejak masih kecil. Islam menyerukan agar memperhatikan dan mengurusinya dengan baik. Islam menyerukan agar membaguskan dalam hal pendidikannya, agar kelak menjadi wanita yang shalihah, bisa menjaga diri dan afifah. Demikian pula Islam mencela perilaku jahiliah yang mengubur anak wanita mereka hidup-hidup. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الْأُمَّهَاتِ وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ الْبَنَاتِ
Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian berbuat durhaka kepada ibu-ibu kalian, mencegah dan meminta serta mengubur anak perempuan hidup-hidup. (HR. Bukhari: 5975, Muslim: 593)
Bahkan, Allah menyiapkan pahala yang besar berupa surga bagi yang sabar dalam mengurusi anak perempuan. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ كاَنَ لَهُ ثَلاَثُ بَنَاتٍ يُؤْوِيْهُنَّ وَيَكْفِيْهِنَّ وَيَرْحَمُهُنَّ فَقَدْ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ الْبَتَةَ. فَقَالَ رَحجُلٌ بَعْضِ الْقَوْم: وَثِنْتَيْنِ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: وَثِنْتَيْنِ
“Barangsiapa yang mempunyai tiga orang anak perempuan, dia melindungi, mencukupi, dan menyayanginya, maka wajib baginya surga.” Ada yang bertanya, “Bagaimana kalau dua orang anak wanita wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Dua anak wanita juga termasuk.”(Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no. 178)

2. Memberikan pemuliaan khusus ketika sudah menjadi seorang ibu
Yaitu Islam memerintahkan agar berbuat baik kepada seorang ibu, dengan membantu, mengagungkan, mendo’akan kebaikan, menjaga dari segala gangguan, dan anjuran bergaul sebaik mungkin kepadanya. Allah عزّوجلّ berfirman:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً. وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. al-Isra’ [17]: 23-24)
Abu Hurairah رضي الله عنه berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
“Ada seseorang datang menemui Nabi صلى الله عليه وسلم dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku selayaknya berbuat baik?’ Beliau menjawab, ‘Kepada ibumu!’ Orang tadi bertanya kembali, ‘Lalu kepada siapa lagi? Rasulullah menjawab, ‘Ibumu.’ Kemudian ia mengulangi pertanyaannya, dan Rasulullah tetap menjawab, ‘Kepada ibumu!’ Ia bertanya kembali, ‘Setelah itu kepada siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Kepada bapakmu!'” (Bukhari: 5971, Muslim: 2548)

3. Memuliakannya ketika telah menjadi seorang istri
Islam telah memberikan hak-hak yang agung bagi istri yang harus dilaksanakan seorang suami, sebagaimana suami juga punya hak yang agung. Di antara ayat yang menerangkan hak-hak istri adalah firman Allah عزّوجلّ yang berbunyi:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. (QS. an-Nisa’ [4]: 19)

4. Islam memuliakan bibi dan saudara perempuan
Islam menganjurkan untuk menyambung hubungan kepada bibi dan saudara perempuan dengan berbuat baik kepada mereka dan memperhatikan hak-hak mereka. Islam menjanjikan pahala yang besar bagi yang melaksanakan an-juran ini.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu-ibu kalian, kepada ibu-ibu kalian, kemudian kepada bapak-bapak kalian kemudian kepada yang paling dekat dan yang paling dekat setelahnya.” (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad: 60, Ibnu Majah: 3661)

5. Memuliakan wanita secara umum
Yaitu Islam memuliakan wanita-wanita yang tidak ada hubungan kekerabatan tetapi mereka membutuhkan pertolongan. Di antara contohnya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَكَالْقَائِمِ لَا يَفْتُرُ وَكَالصَّائِمِ لَا يُفْطِرُ
“Orang yang mengusahakan bantuan bagi para janda dan orang-orang miskin seolah-olah dia adalah orang yang berjihad dijalan Allah.”—Rawi berkata: Dan aku mengira beliau juga berkata — “Dan seperti orang yang shalat tidak pernah lemah dan seperti orang yang puasa tidak pernah berbuka.” (Bukhari: 6007, Muslim: 2982). Allahu a’lam.
Wanita shalihah
Subhanallaah, Maha Suci Allah, yang telah memuliakan kita sebagai Muslimah. Betapa harusnya kita bangg menjadi seorang Muslimah, yang bahkan dari lahir sudah menyandang gelar tersebut. Islam sangat memuliakan kaum wanita, bahkan setiap waktu. Peran wanita di dalam Islam, baik dalam keluarga maupun masyarakat merupakan peran penting yang sangat agung yang tidak sepantasnya wanita meremehkannya. Mulai saat ini, yuk sama-sama katakan : I'm proud to be MUSLIMAH dan teruslah istiqomah berusaha menjadi wanita mulia seperti istri-istri dan sahabat Rasulullah SAW.yang namanya abadi tercium hingga ke Surga.
"Wanita adalah makhluk spesial. Dibalik kelemahlembutannya, ada kekuatan. Di balik kekuatannya, ada kehalusan perasaan. Di balik kehalusan perasaannya, ada kepekaan. Di balik kepekaannya, ada kepedulian. Di balik kepeduliannya ada rasa cinta dan kasih sayang." -FiqhMuslimah
Semoga bermanfaat ya, Shahabat. Kritik, saran, tanggapan, sangat penting untuk tulisanku selanjutnya, yuk sampaikan dengan baik sebagaimana Islam mengajarkan yaaa.. ^_^

Sumber referensi:
https://almanhaj.or.id/3432-saudariku-inilah-kemuliaanmu.html

Popular posts from this blog

Man Jadda Wa Jada

Seberapa Penting Merekam Jejak Diri? Simak, Yuk!

Mengapa Muslimah Harus Punya CIta-CIta?